Kisah Ammar bin Yasir, tentang seorang sahabat Rasulullah SAW yang memeliki keteguhan iman. Berikut kisahnya dalam bentuk komik. J4DWSXWMF9YP
Kehidupan keluarga Yasir adalah kehidupan sebuah keluarga yang sangat
harmonis dan utuh dalam keimanannya kepada Allah SWT. Sampai-sampai para
sahabat melukiskan kehidupan keluarga ini dengan menyatakan: ""Jika
saja ada manusia-manusia yang dilahirkan dan dibesarkan di Syurga lalu
mereka diturunkan untuk menghiasi dan menerangi alam dunia, maka manusia
itu di antaranya pasti adalah keluarga Yasir". Ungkapan para
sahabat ini menunjukkan betapa sangat luar biasa mereka melihat keluarga
Yasir ini sebagai keluarga yang memang patut untuk berada di Syurga
sebagaimana yang dijanjikan Allah SWT lewat Rasul-Nya.
Kisah 'Ammar bin Yasir ini diawali dengan suatu ketika Yasir bin 'Amir ayahanda 'Ammar meninggalkan Yaman untuk mencari salah seorang saudaranya, namun beliau ternyata tidak berhasil menemukan saudaranya akhirnya beliau terdampar di Mekkah. Tidak berapa lama tinggal di Mekkah beliau bersahabat dengan saudara seiman, Hudzaifah ibnul Mughirah. Sahabat baru inilah yang kemudian menikahkan Yasir dengan salah seorang budak wanitanya bernama, Sumayyah binti Khayyah, dan dari pernikahan inilah lahirlah putra yang dikenal dalam sejarah bernama 'Ammar.
'Ammar, begitu pula ayahandanya Yasir dan ibundanya Sumayyah, bersama-sama masuk Islam di hadapan Rasul Saw. Ketiganya termasuk dari golongan pertama yang masuk Islam, karenanya, mereka pernah merasakan bagaimana penderitaan akibat masuk Islam. Di awal Islam berkembang, ummat Islam memang luar biasa menghadapi tekanan-tekanan dari kaum musyrikin. Ada dua sikap yang dilakukan kaum musyrikin terhadap orang yang menyatakan diri masuk Islam. Pertama, jika yang masuk Islam dari kalangan bangsawan, biasanya mereka akan mengambil sikap mengecam dan mengancam dengan memutuskan hubungan perniagaan. Kedua, jika yang masuk Islam dari kalangan kebanyakan yakni orang-orang yang tidak memiliki posisi dalam kehidupan masyarakat, apalagi dari kalangan budak, maka mereka akan melakukan berbagai macam siksaan. Intinya mereka akan menghancurkan kehidupan orang-orang yang masuk Islam. Maka keluarga Yasir termasuk dalam dalam golongan yang kedua ini, dan untuk penyiksaan mereka diserahkan kepada Bani Makhzum. Setiap hari keluarga Yasir didera dengan berbagai adzab dan siksa.
Di awal kebangkitan Islam, ummat Islam mengawali kehidupan keislamannya penuh dengan siksaan seperti halnya keluarga Yasir ini. Adakah hikmah yang bisa kita ambil di balik dari kesemuanya ini? Tentu hal ini untuk memberikan pelajaran akan resiko kita sebagai mu'min, yang selalu siap berjuangan yang pasti menuntut pengorbanan. Allah SWT berfirman: "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta" (QS. Al 'Ankabuut, 29: 2-3).
Di dalam QS. Ali Imran ayat 142 Allah SWT menyatakan: "Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk syurga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kalian, dan belum nyata orang-orang yang sabar". Juga dalam firman-Nya: "Apakah kalian mengira bahwa kalian akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kalian dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan" (QS. At Taubah, 9:16). Juga bisa disimak surah Ali Imran ayat 166 dan 179.
Pengorbanan merupakan esensi dari keimanan seseorang, maka keluarga Yasir merupakan tiga tokoh yang menjadi contoh bagi kita betapa mahalnya nilai syurga. Mereka harus menebusnya dengan penderitan yang hampir tak tertahankan, bahkan Rasul pun terasa tersayat-sayat hatinya jika menyaksikan penderitaan mereka sementara beliau belum mampu berbuat banyak untuk menolong mereka. Hingga suatu ketika Rasul Saw lewat di depan 'Ammar, lalu 'Ammar berkata: "Ya Rasulullah, sungguh kami benar-benar mendapatkan siksaan pada puncaknya yang tak tertahankan lagi". Lalu Rasul Saw memeluk 'Ammar, sambil berkata di di depan ayah dan ibundanya: "Bersabarlah wahai keluarga Yasir, sesusungguhnya Allah menjanjikan syurga untuk kalian".
Ini merupakan salah satu mu'jizat yang menunjukkan Kemahabenaran Allah lewat Rasul-Nya, karena mungkin saja tiba-tiba keluarga Yasir ini berbalik menjadi kafir, atau salah seorang tiba-tiba berbalik menjadi kufur karena tidak tahan dengan siksaan, maka semua orang tidak akan percaya lagi kepada Rasul, padahal Rasul telah menyatakan bahwa keluarga Yasir semua ahli syurga. Hal ini perlu digarisbawahi bahwa Rasul tidak mungkin menyatakan sesuatu dalam urusan seperti ini kecuali berdasarkan wahyu Allah SWT, dan ketiga-tiganya Yasir, Sumayyah dan 'Ammar semuanya wafat dalam keimanan dan keislaman.
Perihal siksaan yang pernah mereka rasakan ini dikisahkan oleh beberapa sahabat di antaranya, 'Amar bin Hakam yang menyatakan: " 'Ammar itu pernah disiksa sampai la tidak menyadari lagi apa yang diucapkan". Seorang sahabat yang lain, 'Ammar bin Maimun, berkata: "Suatu ketika orang-orang musyrikin sudah kesal, karena berbagai macam siksaan yang mereka lakukan sama sekali tidak mengubah sikap 'Ammar, akhirnya mereka membakar 'Ammar dengan api", untunglah saat itu Rasulullah lewat, lalu Rasul Saw memegang kepala 'Ammar sambil berkata dan berdoa kepada Allah: "Hai api, jadilah engkau dingin dan menyelamatkan bagi 'Ammar sebagamana engkau pernah dingin dan menyelamatkan bagi Nabi Ibrahim".
Sesungguhnya berbagai macam siksaan yang luar biasa yang dirasakan "Ammar sama sekali tidak mengubah sikap beliau dari menyatakan kalimat tauhid, tapi suatu ketika memang siksaan itu sudah sangat luar biasa beratnya, dia disalib di atas padang pasir, ditindih batu, lalu dimasukkan ke dalam air sambil terus orang-orang musyrikin yang menyiksanya mengajak "Ammar untuk mengucapkan keyakinannya kembali pada sesembahan mereka. Sebagaimana kondisi yang digambarkan oleh sahabat, karena siksaan tersebut telah menyebabkan 'Ammar kadang-kadang sudah tidak lagi ingat apa yang telah diucapkannya, dia pun mengikuti ucapan kembali meyakini tuhan-tuhan yang disembah oleh orang-orang musyrikin.
Setelah beliau sadar dan disadarkan bahwa dia sempat mengucapkan kalimat tersebut, barulah kali ini 'Ammar menangis, dia merasa telah melakukan satu perbuatan dosa yang sangat luar biasa. Ketika Rasulullah Saw dilaporkan oleh para sahabat bahwa 'Ammar terus-menerus menangis meratapi dirinya karena merasa berdosa di hadapan Allah karena lidahnya tanpa sadar menyatakan kembali ke ajaran nenek moyangnya. Rasul pun datang, dengan penuh kasih sayang Rasulullah mengusap air mata dari wajah 'Ammar, beliau mengatakan: Saya dengar orang-orang kafir itu telah menyiksamu sampai kamu tidak sadar lalu mengucapkan ini dan itu". Jawab 'Ammar: "Benar", ya Rasulullah. Rasul pun bersabda sambil tersenyum: "Jika mereka suatu saat datang lagi menyiksamu seperti ini, ucapkanlah dengan sadar sekali pun apa yang tadi kamu ucapkan wahai 'Ammar", lalu Rasul membacakan firman-Nya: "Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa)" (QS. An Nahl, 16:106). Mendengar pernyataan Rasul tersebut, 'Ammar yang sekian lama menangis karena meratapi lidahnya yang sempat menyatakan kalimat kekufuran tersebut langsung tersungkur dan sujud syukur di hadapan Allah, karena ternyata keimanannya masih selamat di hadapan Allah SWT.
Ketika ummat Islam sudah mulai sedikit menemukan ketentraman dan ketenangan di Madinah, maka 'Ammar termasuk juga yang ikut berhijrah. Rasul Saw tetap sangat luar biasa mencintai tokoh yang satu ini, dan selalu mengingatkan para sahabat yang lain tentang kekuatan iman 'Ammar dan agar menjadikan 'Ammar menjadi teladan. Dalam sabdanya Rasul menyatakan: "Sesungguhnya diri 'Ammar itu dipenuhi dengan keimanan sampai ke belakang tulang-tulangnya". Dan ketika terjadi kesalahpahaman antara Khalid bin Walid dengan 'Ammar, Rasul Saw bersabda: "Barangsiapa yang memusuhi 'Ammar maka dia pasti akan dimusuhi Allah, barangsiapa yang membenci 'Ammar pasti dia a/can dibenci Allah". Mendengar sabda Rasul tersebut, Khalid bin Walid, pahlawan Islam itu pun lari menuju rumah 'Ammar dan langsung beliau meminta maaf.
'Ammar tidak pernah absen dalam berjuang bersama Rasulullah dalam setiap peperangan, dan ketika Rasul Saw telah tiada pun beliau pun selalu menjadi orang terdepan dalam memerangi orang-orang musyrikin yang memerangi ummat islam baik di kalangan Persia maupun Romawi. Dan ketika Umar bin Khathab Ra. menjadi khalifah, maka Umar pun mengangkat 'Ammar sebagai walikota di Kuffah, dan Ibnu Mas'ud sebagai bendaharawannya. Kedudukan yang tinggi sebagai walikota membuat 'Ammar semakin rendah diri di hadapan Allah, tawadu, shaleh dan semakin zuhud hidupnya. Ibnu Abil Hudzail, seorang tokoh di Kuffah yang menyaksikan ini pernah meriwayatkan: "Saya pernah melihat 'Ammar bin Yasir ketika dia menjadi walikota di Kuffah, pergi ke pasar membeli sayur-mayur untuk keluarganya yang dia ikat di belakang punggungnya dan dibawa sampai ke rumahnya".
Suatu ketika ada seorang awam di Kuffah, tiba-tiba tanpa alasan yang jelas mencaci maki 'Ammar, dengan ucapan: "Wahai yang putus telinganya! Menerima cacian tersebut "Ammar yang saat itu sebagai Walikota tidaklah marah, malah beliau sambil tersenyum berkata kepada orang yang menghinanya: Engkau telah mencaci maki daun telingaku padahal daun telinga itulah yang telah berjuang di jalan Allah, kalau kamu akan mencaci maki, maki-makilah telinga yang satu ini karena dia belum menjadi korban di jalan Allah". Memang daun telinga 'Ammar hanya tinggal sebelah, yang sebelahnya telah hancur ketika dalam perang Yamamah, perang melawan pasukan Musailamah al Khazab, yang mengaku nabi. Saat perang Yamamah waktu itu ummat Islam sempat terdesak dan mengendor semangat juangnya, sementara "Ammar bin Yasir sebagaimana diriwiyatkan Abdullah bin Umar: "Saya melihat 'Ammar bin Yasir pada perang Yamamah berada di atas batu karang sambil dengan suara lantang berteriak, wahai kaum muslimin adakah kalian akan lari meninggalkan syurga? Saya, 'Ammar bin Yasir, mari bergabung bersama saya untuk terus memerangi Musailamah sang pendusta ini". Kalimat inilah menurut Abdullah bin Umar yang kembali membangkitkan semangat umat Islam, di mana Saya saksikan ketika dia berpidato itu, salah satu daun telinganya sudah hancur beruntai-untai yang menyebakan dia bangga dengan daun telinga itu".
Salah satu kisah lain ketika di Madinah, Rasul mengajak para sahabat membangun masjid di mana Rasul pun terlibat di dalamnya, para sahabat menyaksikan 'Ammar mengangkat batu yang sangat besar, Rasul lalu mengusap kepala 'Ammar dengan tangannya yang mulia sambil berkata: "Aduhai, putra Sumayah, ia kelak akan mati dalam memerangi kelompok pembangkang". Dan ketika salah satu dinding masjid yang sedang dibangun itu , rubuh, para sahabat sudah mengira menimpa tubuh 'Ammar dan mereka pun sudah saling bersama-sama mengkhawatirkan, namun untuk kedua kalinya Rasul mengatakan: " 'Ammar tidak akan mungkin mati karena tertimpa itu karena dia baru akan mati ketika nanti menghadapi kelompok pembangkang".
Singkat kisah, Rasul kembali ke hadirat ilahi, diganti Abu Bakar, Umar bin Khathab, Utsman, lau muncullah penggantinya Ali bin Abi thalib Ra. Pada masa kekhalifan Ali inilah terjadi fitnah besar ketika Muawiyyah menentang kekhalifahan Ali. Pada saat itu telah terjadi ketegangan, sehingga ummat Islam terbagi dalam tiga kelompok. Pertama, mereka yang tidak mau ikut campur dalam menyikapi kondisi yang terjadi. Kedua yang berpihak kepada Muawiyyah, dan yang ketiga berpihak kepada Ali. 'Ammar bersikap untuk bersama Ali karena Alilah yang secara resmi dibaiat ummat Islam untuk menjadi khalifah. Meletuslah perang Shiffin antara Ali dengan Muawiyyah. Dan 'Ammar dibarisan terdepan dalam menghadapi pasukan Muawiyyah.
Kisah "Ammar memberikan pelajaran berharga kepada kita, pada usia 93 tahun tidak menghalangi 'Ammar mengangkat pedang menghadapi perang. Sebelum perang beliau berkata: "Mari kita menghadapi kaum yang mengatakan mereka membela darah Utsman, demi Allah bahwa mereka sama sekali tidak punya niat seperti itu, tapi mereka telah merasakan nikmatnya dunia, lalu merasa ketagihan dan kini mereka ingin mengambilnya dengan cara yang bathil. Kebenaran sudah mereka bolak-balikkan, orang-orang seperti ini tidak punya hak untuk ditaati oleh ummat Islam dan tidak berhak untuk memperoleh kekuasaan, mereka telah berusaha menipu ummat Islam dengan mengatakan mereka membela darah Utsman, padahal tidak ada yang mereka inginkan kecuali kekuasaan dengan membawa nama Islam.
Akhir kisah, suatu ketika sampailah berita kepada ummat Islam bahwa 'Ammar dalam perang tersebut gugur, maka teringatlah para sahabat dengan ucapan Rasul: "Aduhai, putra Sumayah, ia kelak akan mati dalam memerangi kelompok pembangkang". Dengan wafatnya 'Ammar, maka tahulah siapa pembangkang yang dimaksud.
Kisah 'Ammar bin Yasir ini diawali dengan suatu ketika Yasir bin 'Amir ayahanda 'Ammar meninggalkan Yaman untuk mencari salah seorang saudaranya, namun beliau ternyata tidak berhasil menemukan saudaranya akhirnya beliau terdampar di Mekkah. Tidak berapa lama tinggal di Mekkah beliau bersahabat dengan saudara seiman, Hudzaifah ibnul Mughirah. Sahabat baru inilah yang kemudian menikahkan Yasir dengan salah seorang budak wanitanya bernama, Sumayyah binti Khayyah, dan dari pernikahan inilah lahirlah putra yang dikenal dalam sejarah bernama 'Ammar.
'Ammar, begitu pula ayahandanya Yasir dan ibundanya Sumayyah, bersama-sama masuk Islam di hadapan Rasul Saw. Ketiganya termasuk dari golongan pertama yang masuk Islam, karenanya, mereka pernah merasakan bagaimana penderitaan akibat masuk Islam. Di awal Islam berkembang, ummat Islam memang luar biasa menghadapi tekanan-tekanan dari kaum musyrikin. Ada dua sikap yang dilakukan kaum musyrikin terhadap orang yang menyatakan diri masuk Islam. Pertama, jika yang masuk Islam dari kalangan bangsawan, biasanya mereka akan mengambil sikap mengecam dan mengancam dengan memutuskan hubungan perniagaan. Kedua, jika yang masuk Islam dari kalangan kebanyakan yakni orang-orang yang tidak memiliki posisi dalam kehidupan masyarakat, apalagi dari kalangan budak, maka mereka akan melakukan berbagai macam siksaan. Intinya mereka akan menghancurkan kehidupan orang-orang yang masuk Islam. Maka keluarga Yasir termasuk dalam dalam golongan yang kedua ini, dan untuk penyiksaan mereka diserahkan kepada Bani Makhzum. Setiap hari keluarga Yasir didera dengan berbagai adzab dan siksa.
Di awal kebangkitan Islam, ummat Islam mengawali kehidupan keislamannya penuh dengan siksaan seperti halnya keluarga Yasir ini. Adakah hikmah yang bisa kita ambil di balik dari kesemuanya ini? Tentu hal ini untuk memberikan pelajaran akan resiko kita sebagai mu'min, yang selalu siap berjuangan yang pasti menuntut pengorbanan. Allah SWT berfirman: "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta" (QS. Al 'Ankabuut, 29: 2-3).
Di dalam QS. Ali Imran ayat 142 Allah SWT menyatakan: "Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk syurga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kalian, dan belum nyata orang-orang yang sabar". Juga dalam firman-Nya: "Apakah kalian mengira bahwa kalian akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kalian dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan" (QS. At Taubah, 9:16). Juga bisa disimak surah Ali Imran ayat 166 dan 179.
Pengorbanan merupakan esensi dari keimanan seseorang, maka keluarga Yasir merupakan tiga tokoh yang menjadi contoh bagi kita betapa mahalnya nilai syurga. Mereka harus menebusnya dengan penderitan yang hampir tak tertahankan, bahkan Rasul pun terasa tersayat-sayat hatinya jika menyaksikan penderitaan mereka sementara beliau belum mampu berbuat banyak untuk menolong mereka. Hingga suatu ketika Rasul Saw lewat di depan 'Ammar, lalu 'Ammar berkata: "Ya Rasulullah, sungguh kami benar-benar mendapatkan siksaan pada puncaknya yang tak tertahankan lagi". Lalu Rasul Saw memeluk 'Ammar, sambil berkata di di depan ayah dan ibundanya: "Bersabarlah wahai keluarga Yasir, sesusungguhnya Allah menjanjikan syurga untuk kalian".
Ini merupakan salah satu mu'jizat yang menunjukkan Kemahabenaran Allah lewat Rasul-Nya, karena mungkin saja tiba-tiba keluarga Yasir ini berbalik menjadi kafir, atau salah seorang tiba-tiba berbalik menjadi kufur karena tidak tahan dengan siksaan, maka semua orang tidak akan percaya lagi kepada Rasul, padahal Rasul telah menyatakan bahwa keluarga Yasir semua ahli syurga. Hal ini perlu digarisbawahi bahwa Rasul tidak mungkin menyatakan sesuatu dalam urusan seperti ini kecuali berdasarkan wahyu Allah SWT, dan ketiga-tiganya Yasir, Sumayyah dan 'Ammar semuanya wafat dalam keimanan dan keislaman.
Perihal siksaan yang pernah mereka rasakan ini dikisahkan oleh beberapa sahabat di antaranya, 'Amar bin Hakam yang menyatakan: " 'Ammar itu pernah disiksa sampai la tidak menyadari lagi apa yang diucapkan". Seorang sahabat yang lain, 'Ammar bin Maimun, berkata: "Suatu ketika orang-orang musyrikin sudah kesal, karena berbagai macam siksaan yang mereka lakukan sama sekali tidak mengubah sikap 'Ammar, akhirnya mereka membakar 'Ammar dengan api", untunglah saat itu Rasulullah lewat, lalu Rasul Saw memegang kepala 'Ammar sambil berkata dan berdoa kepada Allah: "Hai api, jadilah engkau dingin dan menyelamatkan bagi 'Ammar sebagamana engkau pernah dingin dan menyelamatkan bagi Nabi Ibrahim".
Sesungguhnya berbagai macam siksaan yang luar biasa yang dirasakan "Ammar sama sekali tidak mengubah sikap beliau dari menyatakan kalimat tauhid, tapi suatu ketika memang siksaan itu sudah sangat luar biasa beratnya, dia disalib di atas padang pasir, ditindih batu, lalu dimasukkan ke dalam air sambil terus orang-orang musyrikin yang menyiksanya mengajak "Ammar untuk mengucapkan keyakinannya kembali pada sesembahan mereka. Sebagaimana kondisi yang digambarkan oleh sahabat, karena siksaan tersebut telah menyebabkan 'Ammar kadang-kadang sudah tidak lagi ingat apa yang telah diucapkannya, dia pun mengikuti ucapan kembali meyakini tuhan-tuhan yang disembah oleh orang-orang musyrikin.
Setelah beliau sadar dan disadarkan bahwa dia sempat mengucapkan kalimat tersebut, barulah kali ini 'Ammar menangis, dia merasa telah melakukan satu perbuatan dosa yang sangat luar biasa. Ketika Rasulullah Saw dilaporkan oleh para sahabat bahwa 'Ammar terus-menerus menangis meratapi dirinya karena merasa berdosa di hadapan Allah karena lidahnya tanpa sadar menyatakan kembali ke ajaran nenek moyangnya. Rasul pun datang, dengan penuh kasih sayang Rasulullah mengusap air mata dari wajah 'Ammar, beliau mengatakan: Saya dengar orang-orang kafir itu telah menyiksamu sampai kamu tidak sadar lalu mengucapkan ini dan itu". Jawab 'Ammar: "Benar", ya Rasulullah. Rasul pun bersabda sambil tersenyum: "Jika mereka suatu saat datang lagi menyiksamu seperti ini, ucapkanlah dengan sadar sekali pun apa yang tadi kamu ucapkan wahai 'Ammar", lalu Rasul membacakan firman-Nya: "Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa)" (QS. An Nahl, 16:106). Mendengar pernyataan Rasul tersebut, 'Ammar yang sekian lama menangis karena meratapi lidahnya yang sempat menyatakan kalimat kekufuran tersebut langsung tersungkur dan sujud syukur di hadapan Allah, karena ternyata keimanannya masih selamat di hadapan Allah SWT.
Ketika ummat Islam sudah mulai sedikit menemukan ketentraman dan ketenangan di Madinah, maka 'Ammar termasuk juga yang ikut berhijrah. Rasul Saw tetap sangat luar biasa mencintai tokoh yang satu ini, dan selalu mengingatkan para sahabat yang lain tentang kekuatan iman 'Ammar dan agar menjadikan 'Ammar menjadi teladan. Dalam sabdanya Rasul menyatakan: "Sesungguhnya diri 'Ammar itu dipenuhi dengan keimanan sampai ke belakang tulang-tulangnya". Dan ketika terjadi kesalahpahaman antara Khalid bin Walid dengan 'Ammar, Rasul Saw bersabda: "Barangsiapa yang memusuhi 'Ammar maka dia pasti akan dimusuhi Allah, barangsiapa yang membenci 'Ammar pasti dia a/can dibenci Allah". Mendengar sabda Rasul tersebut, Khalid bin Walid, pahlawan Islam itu pun lari menuju rumah 'Ammar dan langsung beliau meminta maaf.
'Ammar tidak pernah absen dalam berjuang bersama Rasulullah dalam setiap peperangan, dan ketika Rasul Saw telah tiada pun beliau pun selalu menjadi orang terdepan dalam memerangi orang-orang musyrikin yang memerangi ummat islam baik di kalangan Persia maupun Romawi. Dan ketika Umar bin Khathab Ra. menjadi khalifah, maka Umar pun mengangkat 'Ammar sebagai walikota di Kuffah, dan Ibnu Mas'ud sebagai bendaharawannya. Kedudukan yang tinggi sebagai walikota membuat 'Ammar semakin rendah diri di hadapan Allah, tawadu, shaleh dan semakin zuhud hidupnya. Ibnu Abil Hudzail, seorang tokoh di Kuffah yang menyaksikan ini pernah meriwayatkan: "Saya pernah melihat 'Ammar bin Yasir ketika dia menjadi walikota di Kuffah, pergi ke pasar membeli sayur-mayur untuk keluarganya yang dia ikat di belakang punggungnya dan dibawa sampai ke rumahnya".
Suatu ketika ada seorang awam di Kuffah, tiba-tiba tanpa alasan yang jelas mencaci maki 'Ammar, dengan ucapan: "Wahai yang putus telinganya! Menerima cacian tersebut "Ammar yang saat itu sebagai Walikota tidaklah marah, malah beliau sambil tersenyum berkata kepada orang yang menghinanya: Engkau telah mencaci maki daun telingaku padahal daun telinga itulah yang telah berjuang di jalan Allah, kalau kamu akan mencaci maki, maki-makilah telinga yang satu ini karena dia belum menjadi korban di jalan Allah". Memang daun telinga 'Ammar hanya tinggal sebelah, yang sebelahnya telah hancur ketika dalam perang Yamamah, perang melawan pasukan Musailamah al Khazab, yang mengaku nabi. Saat perang Yamamah waktu itu ummat Islam sempat terdesak dan mengendor semangat juangnya, sementara "Ammar bin Yasir sebagaimana diriwiyatkan Abdullah bin Umar: "Saya melihat 'Ammar bin Yasir pada perang Yamamah berada di atas batu karang sambil dengan suara lantang berteriak, wahai kaum muslimin adakah kalian akan lari meninggalkan syurga? Saya, 'Ammar bin Yasir, mari bergabung bersama saya untuk terus memerangi Musailamah sang pendusta ini". Kalimat inilah menurut Abdullah bin Umar yang kembali membangkitkan semangat umat Islam, di mana Saya saksikan ketika dia berpidato itu, salah satu daun telinganya sudah hancur beruntai-untai yang menyebakan dia bangga dengan daun telinga itu".
Salah satu kisah lain ketika di Madinah, Rasul mengajak para sahabat membangun masjid di mana Rasul pun terlibat di dalamnya, para sahabat menyaksikan 'Ammar mengangkat batu yang sangat besar, Rasul lalu mengusap kepala 'Ammar dengan tangannya yang mulia sambil berkata: "Aduhai, putra Sumayah, ia kelak akan mati dalam memerangi kelompok pembangkang". Dan ketika salah satu dinding masjid yang sedang dibangun itu , rubuh, para sahabat sudah mengira menimpa tubuh 'Ammar dan mereka pun sudah saling bersama-sama mengkhawatirkan, namun untuk kedua kalinya Rasul mengatakan: " 'Ammar tidak akan mungkin mati karena tertimpa itu karena dia baru akan mati ketika nanti menghadapi kelompok pembangkang".
Singkat kisah, Rasul kembali ke hadirat ilahi, diganti Abu Bakar, Umar bin Khathab, Utsman, lau muncullah penggantinya Ali bin Abi thalib Ra. Pada masa kekhalifan Ali inilah terjadi fitnah besar ketika Muawiyyah menentang kekhalifahan Ali. Pada saat itu telah terjadi ketegangan, sehingga ummat Islam terbagi dalam tiga kelompok. Pertama, mereka yang tidak mau ikut campur dalam menyikapi kondisi yang terjadi. Kedua yang berpihak kepada Muawiyyah, dan yang ketiga berpihak kepada Ali. 'Ammar bersikap untuk bersama Ali karena Alilah yang secara resmi dibaiat ummat Islam untuk menjadi khalifah. Meletuslah perang Shiffin antara Ali dengan Muawiyyah. Dan 'Ammar dibarisan terdepan dalam menghadapi pasukan Muawiyyah.
Kisah "Ammar memberikan pelajaran berharga kepada kita, pada usia 93 tahun tidak menghalangi 'Ammar mengangkat pedang menghadapi perang. Sebelum perang beliau berkata: "Mari kita menghadapi kaum yang mengatakan mereka membela darah Utsman, demi Allah bahwa mereka sama sekali tidak punya niat seperti itu, tapi mereka telah merasakan nikmatnya dunia, lalu merasa ketagihan dan kini mereka ingin mengambilnya dengan cara yang bathil. Kebenaran sudah mereka bolak-balikkan, orang-orang seperti ini tidak punya hak untuk ditaati oleh ummat Islam dan tidak berhak untuk memperoleh kekuasaan, mereka telah berusaha menipu ummat Islam dengan mengatakan mereka membela darah Utsman, padahal tidak ada yang mereka inginkan kecuali kekuasaan dengan membawa nama Islam.
Akhir kisah, suatu ketika sampailah berita kepada ummat Islam bahwa 'Ammar dalam perang tersebut gugur, maka teringatlah para sahabat dengan ucapan Rasul: "Aduhai, putra Sumayah, ia kelak akan mati dalam memerangi kelompok pembangkang". Dengan wafatnya 'Ammar, maka tahulah siapa pembangkang yang dimaksud.
Wallaahu 'Alam Bisshawab..
Sumber: cerita anak islam, facebook
0 comments:
Post a Comment