Komunitas Sepeda Fixie Makassar ---
Kota Makassar lambat laun mulai dikenal sebagai kota sepeda. Fenomena ini tidak lepas dari menjamurnya masyarakat yang akrab bersepeda di berbagai lintasan jalan-jalan kota. Seiring dengan itu, berbagai komunitas sepeda bermunculan satu per satu dalam lima tahun terakhir. Salah satunya adalah komunitas sepeda Fixie bernama Mafia Riders (Makassar Fixed Gear Activity). Komunitas ini mempunyai anggota sedikitnya limapuluh orang aktif, yang setiap pekan bisa dilihat ngumpul di depan Bank Indonesia Jalan Jenderal Sudirman.
Menurut salah seorang anggotanya, Ryan Hidayat, komunitas ini telah ada sejak 29 September tahun 2010 lalu. “komunitas ini sebenarnya komunitas yang memiliki sepeda city bike dengan ciri khas tanpa rem," ucapnya. Jika diamati dari dekat, sepeda ini memang tampak berbeda dengan sepeda kebanyakan. Perbedaan mencolok terlihat pada jenis stang, dan veleg yang berwarna-warni. Sepeda ini dirancang tanpa gear yang dinamis, dan hanya mengandalkan kekuatan pedal. Jika pedal didorong ke belakang akan tetap melaju ke belakang sehingga pengereman hanya bergantung pada kekuatan pedal. "Nah, uniknya disini. Sepeda ini sederhana, tanpa rem. Selain itu Stang (kemudi) juga lebih ramping. Kalau menyalip kendaraan bisa lebih mudah," jelasnya. Tapi, bukan itu yang membuat Ryan tertarik untuk bergabung dalam komunitas ini. Ryan mengaku, sulit mencari onderdil di Makassar. Apalagi untuk jenis sepeda Fixie, sangat jarang toko sepeda yang menjual suku cadang sepeda ini.
"Enaknya itu berburu suku cadang. Sangat jarang ada toko sepeda yang menjual satu set sepeda Fixie. Makanya mereknya itu berbeda-beda, dari veleg, stang hingga kerangka jarang yang satu jenis merek," katanya. Berawal dari situs-situs jejaring sosial, Ryan pun akhirnya diajak bergabung dalam komunitas ini. Saban Rabu malam, Jumat malam dan Minggu pagi mereka 'kopi darat' di depan Bank Indonesia di Jalan Jenderal Sudirman.
"Kami ngumpul setiap Rabu, Jumat dan Minggu pagi," katanya. Ryan mengaku, saat ini anggota komunitas sepeda Fixie mencapai lima puluh orang dari berbagai kalangan. "Saya sendiri dari mahasiswa, ada yang dari kalangan swasta dan pegawai negeri sipil. Pokoknya tua muda ikut gabung," kata Ryan, yang masih mahasiswa semester akhir di Sekolah Tinggi Ekonomi, STIEM Bongaya.
Abadi Gunawan mahasiswa Universitas Hasanuddin, yang juga anggota komunitas sepeda ini mengaku tertarik bergabung karena alasan informasi. Setiap kali Abadi mendapatkan informasi suku cadang terbaru berasal dari komunitas. "Saya bergabung sejak setahun lalu. Saya butuh informasi. Sebab peralatan sepeda ini dijualnya terpisah-pisah. Kita juga mesannya terpisah, dari veleg, stang, ban hingga rantai dipesan dari luar makassar via pos," katanya.
Harganya terjangkau, tapi pencarian yang sulit. Namun, jika duit di kantong belum memadai, ada saja anggota komunitas yang banting harga. "Saya pernah dapat kerangka dan stang yang bagus dengan harga murah dari teman komunitas," katanya. Harganya, kata Abadi bervariasi dari Rp 500 Ribu hingga jutaan rupiah. "Untuk satu veleg saja bisa sampai Rp 3 Juta, stang Rp 200 Ribu, dan kerangka ini yang paling mahal, ada yang mencapai Rp sepuluh Juta," jelasnya.
Acara 'kopi darat' tidak hanya dijadikan sebagai ajang berbagi informasi. Tapi juga berbagi keterampilan di antara para anggota komunitas. "Kalau sudah ada yang bisa mengendarai sepeda ini berjalan mundur, berarti sudah bisa dikatakan hebat," kata Abadi. Adalagi Akbar Nugraha, siswa SMA Al Azhar ini Jakarta memilih bergabung dalam komunitas karena faktor keamanan dan lingkungan. Sejak duduk di kelas dua, Akbar memilih bersepeda di lingkungan tempat tinggal dan berkeliling kota bersama komunitasnya.
Sepeda Fixie berkelir putih miliknya, dikendarai selepas pulang sekolah. Pada hari tertentu, remaja berusia 17 tahun ini, berkumpul bersama komunitas sepeda fixed. Selama bergabung di komunitas fixed Makassar, anak tunggal ini, mengaku mendapatkan banyak manfaat positif. "Ya, pokoknya bukan hanya gaya-gayaan. Tapi lebih kepada pertemanan dan menambah keterampilan bersepeda Fixie," ungkapnya.
Anggaran sebanyak Rp 11 juta dihabiskannya untuk utak-atik sepeda yang identik dengan corak warna warni ini. Dikalangan komunitas, lelaki ceking ini dikenal sebagai fast rider yang senang memacu sepeda dalam kecepatan tinggi. "Ini butuh keterampilan. Sebab, kita memacu sepeda tanpa mengandalkan rem yang biasa kita gunakan. Tapi mengandalkan kekuatan untuk menahan pedal," katanya. (Icchankamin)
Sumber : http://www.mymakassar.com/in/berita-terbaru/156-komunitas-sepeda-tanpa-rem