Tari Ganrang Bulo [khas Makassar]



Gandrang Bulo, atau bahasa okkotsnya Ganrang Bulo (entah yang mana yang okkots) merupakan kesenian rakyat asli Makassar yang menggabungkan unsur musik, tarian dan dialog kritis nan kocak. Bagi para senimannya, panggung menjadi tempat berkisah mengenai masalah hidup mereka sehari-hari. Tak jarang kisah-kisah humor mereka bawakan, diselingi dengan celetukan-celetukan kritis dan gerak tubuh yang membuat penonton tertawa lepas. Sasaran guyonan mereka pun tak pandang bulu, mulai dari pejabat pemerintah, tentara, dokter, sampai kepala desanya. Demikian juga tema-tema yang diangkat mulai dari politik hingga berbagai peristiwa yang mereka alami sehari-hari.

Gandrang Bulo menjadi tempat mengeluarkan unek-unek, merespon kondisi sosial di sekitarnya. Sebagian besar seniman Gandrang Bulo berasal dari masyarakat pinggiran yang acapkali menghadapi kesulitan-kesulitan saat berhadapan dengan para pejabat seperti kepala desa, tentara, dokter atau oknum-oknum pemerintah yang tak menghiraukan mereka. Merasa tak berdaya mereka tak menyikapi langsung dalam kehidupan nyata, tapi dengan cerdas menampilkannya di atas panggung.


Contoh Lakon : Dotto-dottoro' (dokter-dokteran)

Seseorang yang berpakaian dokter nampak bercakap-cakap dengan pasiennya, yang sayangnya sang pasien tak memahami bahasa si dokter. Lalu datanglah si mantri menjadi penerjemah. Celakanya si mantri kampung itu justru memanfaatkan kebodohan sang pasien. Ketika sang dokter, dengan bahasa asing pula, meminta bayaran, sang mantri menyampaikan kepada sang pasien dengan harga dua kali lipat. Sang pasienpun manggut-manggut lalu menyodorkan beberapa lembar uang sambil menggerutu: “alle dokttoro pallabusu doi!”, ambillah dokter pengeruk uang, katanya. Si dokter lantas mengeluarkan perlengkapan medisnya, sebuah alat suntik dan alat bedah. Namun, yang tak lazim, ternyata alat bedahnya sebuah gergaji dan tang runcing serta alat suntiknya dari semprot serangga. Si pasien pun melihat kaget, terbelalak, dan pingsan!

Ya, suara kaum pinggiran, mungkin itu yang hendak ditandaskan para seniman Gandrang Bulo ini. Masyarakat pinggiran yang ternyata memiliki cara sendiri dalam merespon berbagai tekanan sosial dan struktural yang menimpanya. Lewat Gandrang Bulo, mereka secara satiris menertawakan kehidupan dan menggugat persoalan dalam rupa humor yang menghibur.

Pada awalnya Gandrang Bulo sebenarnya sekadar tarian yang diiringi oleh gendang. Seiring waktu tarian ini diiringi pula lagu-lagu jenaka, dialog-dialog humor namun sarat kritik dan ditambah gerak tubuh yang mengundang tawa. Kadangpula diselipkan Tari Se’ru atau Tari Pepe pepeka ri makka yang acap kali tampil sendiri di berbagai panggung pertunjukan, namun begitu oleh masyarakat sekitar tetap saja ia dikenal sebagai bagian pertunjukan Gandrang Bulo.

Perubahan Gandrang Bulo untuk merespon dan menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada. Sekitar 1942, ketika perang melawan penjajah berkobar, kaum seniman pun tak mau kalah. Mereka membangun basis-basis perlawanan dari atas panggung. Gandrang Bulo pun disulap bukan sekadar tari-tarian, melainkan tempat pembangkit semangat perjuangan dengan mengejek dan menertawakan penjajah dan antek-anteknya. Gandrang Bulo, ketika itu, lantas menjadi kesenian rakyat yang amat populer. Baru sekitar akhir 1960-an, Gandrang Bulo mengalami kreasi ulang. Kreasi baru itu dikomandani oleh Dg Nyangka, seniman asal Bontonompo, Gowa. Mulai saat itu Gandrang Bulo dikenal dalam pentas-pentas tarian dalam acara-acara seremonial. Gandrang Bulo macam inilah yang belakangan ini kerap tampil di acara-acara resmi pemerintah maupun partai-partai politik.

Namun begitu, meski diterpa berbagai perubahan, toh Gandrang Bulo Ilolo Gading maupun Gandrang Bulo 1942 ini tak pernah kehilangan tempat. Grup-grupnya tersebar di berbagai tempat seperti Gowa, Makassar, Maros, dan Takalar. Akhirnya, Gandrang Bulo menjadi tempat bebas seniman kampung mengekspresikan problem mereka sehari-hari.

Lirik lagu Tari Ganrang Bulo (Bahasa Makassar)

Ri pantarang ma.. enja'
nanu pongori illa
nu ta' lobo-lobo ta' lobo-lobo
sallayya' ni panggalla ma dendee...

sanging karaeng ma'.. mempo..
sanging daeng ma' jaja...
di tabe' karaeng.. tabe' kareng..
na ma' kelongi anta ma' dendee...

nia' ma' annee.. ri bioonta'...
engko ma' ri paralluta ri dendang..
engko ma' ri paralluta ri dendang...
elele.... unte'.. baji' kaana...
ala ni ma polo aja ri dendang...
ala ni ma polo aja ri dendang...

Battuu rate ma ri buulang...
ma' rencong-rencong.. ma' rencong-rencong....
na ku ta'nang ri bintoooeng.....
ala makayya na ma' dendang aule...
bunting lampo jako saallang
punna tena malla' doang' (dunk-dunk2X dunk)
bue para mata binkunna'(dunk-dunk2X dunk)

Cucu' ra'na jii ma' loompo...
ma' rencong-rencong.. ma' rencong-rencong....
ilana malla' mallii..no....
boosi.. sarrona yasi dendang aule....
punna lliang tompo baangkeng'
punna te a malla' dosa..(dunk-dunk2X dunk)
bue para mata bingkunna..(dunk-dunk2X dunk)

ala dendang dendang ikatte... passikollayya'
ala dendang dendang lillalle tapi ambakku na ni ta' do'do'
masukke nawa-nawa ta nia ta' do'do'

ala dendang dendang ri boya.. baji' rii booya..
ala dendang dendang I yawa baji ri rawa ri miccui na ia mintu'
panna la'be na ruginna ma ji ta' do'do'

ala dendang dendang manna mo.. na nana'a.. jae'
ala dendang dendang mattotor rantau bali matta na' ia'
punna tena sikolanna mae ta' do'do'




Sumber :
http://allmysurf.blogspot.com/2010/01/tari-gandrang-bulo.html
http://rachmat-ag.blogspot.com/2010/12/lirick-lagu-tari-ganrang-bulo.html

1 comments:

cikalananda said...

Kira'' Daeng bisa nari n nyanyi g???

Post a Comment